Tradisi Meron – Akulturasi Budaya Jawa dan Agama Islam di Desa Sukolilo

Bila ditengok kembali, riwayat Meron bermula pada abad ke-17. Saat Demang Sukolilo yang bernama Suro Kerto berhasil membantu kerajaan Mataram untuk membasmi pemberontakan yang terjadi di kawasan Pati. Prajurit Mataram yang bertugas bersama Suro Kerto pun tinggal dan menempati kawasan Sukolilo. Kerinduan para prajurit Mataram yang tinggal di kawasan Sukolilo terhadap upacara Sekaten yang tiap tahun diadakan di kawasan Mataram mendorong mereka untuk membuat acara “tiruan” untuk merayakan Maulid Nabi Muhammad. Setelah meminta izin dari Sultan Agung Mataram, para prajurit kemudian mengadakan acara serupa Sekaten yang disebut Meron.

Meron muncul di kawasan Sukolilo sebagai produk akulturasi. Meron dihadirkan dengan wujud sebuah kesatuan antara nilai islami yang dibungkus dengan budaya Jawa ke wilayah Sukolilo. Ia hadir dengan format yang sudah ada contohnya, kemudian dimodifikasi sedemikian rupa dan diberi ciri khusus agar tidak sama dengan Sekaten yang ada di Yogyakarta.

Add to Wishlist

Description

TRADISI MERON

Akulturasi Budaya Jawa dan Agama Islam di Desa Sukolilo

Penulis : Maulaya Arinil Haq

Tata Letak Isi : Rizqiya Zahrotinnasik

Desain Sampul : Ega Eleazar Fairuz Salmaa

Diterbitkan oleh: Mata Kata Inspirasi

Cetakan Pertama, Oktober 2023

vi + 86 hlm; 15,5 x 23 cm

ISBN: (Proses)