Saat Diam Menjadi Doa

Pemilihan tapa bisu dalam tradisi kirab malam satu suro di Keraton Surakarta sebagai objek kajian didasari pada keresahan penulis terkait antusiasme masyarakat yang melihat prosesi tradisi tersebut jatuh kepada Kerbau Bule yang ada di Keraton Surakarta. Dengan buku ini, penulis mengulik makna dibalik tradisi yang dilakukan pada bulan Suro untuk memperingati tahun baru tersebut. Dengan menyingkap dimensi spiritual dan nilai-nilai sufistik dalam tradisi tersebut, penulis ingin menunjukkan bahwa tapa bisu bukanlah sekadar warisan budaya leluhur, tetapi tapa bisu inilah yang digunakan sebagai sarana mendekatkan diri kepada Tuhan dengan pengendalian diri, introspeksi, dan penyucian batin. Penulis juga ingin menunjukkan bahwa tapa bisu dan tasawuf memiliki persinggungan melalui eksplorasi nilai sufistik yang dilakukan dengan menggali pengalaman para praktisinya. Ketertarikan penulis untuk meneliti dimensi sufistik dari tapa bisu dalam tradisi kirab malam satu Suro ini dilatarbelakangi oleh kemiripan spiritualitas dalam budaya Jawa dengan tasawuf. Dalam buku ini penulis menggali aspek spiritualitas dalam tradisi lokal masyarakat Jawa. Dengan terselesaikannya buku ini diharapkan dapat memberikan inspirasi untuk menggali dan mencari nilai-nilai dalam tradisi yang masih lestari hingga saat ini dan menyesuaikannya dengan agama yang dipeluk oleh masing-masing individu agar mampu menyelami kedalaman makna dibalik tradisi tersebut.

Add to Wishlist

Deskripsi

SAAT DIAM MENJADI DOA

Menyelami Spiritualitas Tapa Bisu di Keraton Surakarta

Penulis : Anggit Sutraningsih

Tata Letak Isi : Zam Zam Iskandar

Design Cover : Rasyid Hidayat

Diterbitkan oleh: MATA KATA INSPIRASI

viii + 180 halaman; 15,5 cm x 23 cm

Cetakan Pertama, Juni 2025

ISBN: (Proses)