Seni Berpikir Kritis

Buku ini tidak bermaksud menjelaskan semuanya secara konseptual. Saya hanya ingin bercerita saja, karena ini berangkat dari kegelisahan saya selama ini bahwa ternyata masih ada yang tidak pas dari cara berpikir kita. Tentu saja ini dalam perspektif saya. Maka, sosok Socrates, Sang Pemikir Besar yang pernah dimiliki dunia, dihadirkan di buku ini sebagai respon terhadap masih maraknya ‘pembungkaman’ kebebasan berpikir di zaman ini, yang bahkan masih terjadi di ruang-ruang kelas. Sehingga akhirnya melahirkan generasi yang pasif dengan cara pandang yang tidak kritis.

Socrates hanya ‘orang biasa’, dituduh meracuni pikiran kaum muda ketika itu, hingga ia harus mati meminum racun. Jasadnya memang mati, namun tidak untuk pemikiran filosofisnya. Pemikiran kritisnya tetap hidup dan terus dibahas oleh para cendekiawan, karena teknik eclenchus tetap relevan hingga kini di tengah zaman digital yang banjir informasi.

Kita bisa belajar darinya tentang bagaimana dialog bisa melahirkan tidak hanya sikap, namun juga pemikiran yang kritis. Bukan kritis yang mencari-cari kesalahan, pun soal anti atau hal yang kontradiktif. Namun kita tahu dan sadar sepenuhnya bahwa ada hal-hal lain yang belum pas, kemudian kita pertanyakan lagi. Mempertanyakan berarti mengerti bahwa ada sesuatu yang perlu dikaji ulang, diperjelas dan dikomunikasikan kembali. Sederet pertanyaan dalam diskusi rasional yang disiapkan membawa kita pada praktik berpikir kritis, hingga melahirkan jawaban dan bukti yang pasti dan menjadi dasar kita mengambil kesimpulan atau keputusan.

Add to Wishlist

Description

SENI BERPIKIR KRITIS

Belajar dari Dialektika Socrates

Penulis : Muhamad Tamamul Iman, M.Phil.

Editor : Dr. Rizky Yazid, M.Ag.

Tata Letak Isi : Rasyid Hidayat

Desain Sampul : Samsul Bahri

Diterbitkan oleh: Mata Kata Inspirasi

Cetakan Pertama, Juni 2023

viii + 132 hlm; 14 cm x 20 cm

ISBN: (Proses)