MENJELAJAH RUANG BATIN SIKH DI KOTA METROPOLITAN: HARMONI, IMAN, DAN KEHIDUPAN DI JAKARTA

Buku ini lahir dari sebuah keingintahuan sederhana: bagaimana seseorang yang hidup jauh dari tanah leluhur mempertahankan dan menghayati kehidupan spiritualnya? Pertanyaan ini membawa saya pada pertemuan yang mengubah perspektif—bukan hanya tentang spiritualitas, tetapi tentang makna keberadaan manusia itu sendiri.

Ketika pertama kali memasuki Gurdwara di Jakarta, saya disambut dengan kehangatan yang tidak pernah saya bayangkan. Komunitas Sikh yang saya temui di sana bukan sekadar menjalankan ritual keagamaan, tetapi menghidupi spiritualitas sebagai cara berada di dunia. Mereka mengajarkan saya bahwa spiritualitas bukan tentang pelarian dari realitas, melainkan tentang bagaimana menjalani kehidupan sehari-hari—dari dapur rumah hingga kemacetan Jakarta—dengan kesadaran yang mendalam akan yang transenden.

Melalui lensa fenomenologi eksistensial Martin Heidegger, saya berupaya memahami pengalaman spiritual mereka bukan sebagai objek penelitian yang terpisah dari diri saya, tetapi sebagai dialog eksistensial yang juga mengubah cara saya memahami keberadaan saya sendiri. Apa yang Anda baca dalam buku ini bukan hanya analisis akademis, tetapi sebuah perjumpaan antarmanusia yang mencari makna dalam keterbatasan eksistensi.